Sabtu, 28 Desember 2013

Dinamisnya Pemerintahan Jepang

Untuk postingan kali ini, saya tertarik untuk membahas Negara jepang dan budayanya. Untuk permulaan, maru kita tau profil dan letak geografis dari Negara jepang.
Jepang (bahasa Jepang: 日本 Nippon/Nihon, nama resmi: 日本国Nipponkoku/Nihonkoku  adalah sebuah negara kepulauan diAsia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik Rakyat Cina, Korea, dan Rusia. Pulau-pulau paling utara berada di Laut Okhotsk, dan wilayah paling selatan berupa kelompok pulau-pulau kecil diLaut Cina Timur, tepatnya di sebelah selatan Okinawa yang bertetangga dengan Taiwan.
Jepang terdiri dari 6.852 pulau[9] yang membuatnya merupakan suatu kepulauan. Pulau-pulau utama dari utara ke selatan adalah Hokkaido, Honshu (pulau terbesar), Shikoku, dan Kyushu. Sekitar 97% wilayah daratan Jepang berada di keempat pulau terbesarnya. Sebagian besar pulau di Jepang bergunung-gunung, dan sebagian di antaranya merupakan gunung berapi. Gunung tertinggi di Jepang adalah Gunung Fuji yang merupakan sebuah gunung berapi. Penduduk Jepang berjumlah 128 juta orang, dan berada di peringkat ke-10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Tokyo secara de factoadalah ibu kota Jepang, dan berkedudukan sebagai sebuah prefektur. Tokyo Raya adalah sebutan untuk Tokyo dan beberapa kota yang berada di prefektur sekelilingnya. Sebagai daerah metropolitan terluas di dunia, Tokyo Raya berpenduduk lebih dari 30 juta orang.
Menurut mitologi tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar Jimmu pada abad ke-7 SM. Kaisar Jimmu memulai mata rantai monarki Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun begitu, sepanjang sejarahnya, untuk kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada di tangan anggota-anggota istana, shogun, pihak militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana menteri. Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara monarki konstitusional di bawah pimpinan Kaisar Jepang dan Parlemen Jepang.
Sebagai negara maju di bidang ekonomi, Jepang memiliki produk domestik brutoterbesar nomor dua setelah Amerika Serikat, dan masuk dalam urutan tiga besar dalamkeseimbangan kemampuan berbelanja. Jepang adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Jepang memiliki kekuatan militer yang memadai lengkap dengan sistem pertahanan moderen seperti AEGIS serta skuat armada besar kapal perusak. Dalam perdagangan luar negeri, Jepang berada di peringkat ke-4 negara pengekspor terbesar dan peringkat ke-6 negara pengimpor terbesar di dunia. Sebagainegara maju, penduduk Jepang memiliki standar hidup yang tinggi (peringkat ke-8 dalamIndeks Pembangunan Manusia) dan angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut perkiraan PBB. Dalam bidang teknologi, Jepang adalah negara maju di bidang telekomunikasi, permesinan, dan robotika.

Budaya Jepang

Jepang, sebuah negara modern yang sampai hari ini masih memegang teguh tradisi asli bangsanya. Termasuk budaya berkorban dan budaya “malu”. Saat ini, Negeri Matahari Terbit itu tercatat sebagai negara yang paling sering berganti kepemimpinan dalam pemerintahannya.

Teringat pada sebuah dialog di akhir film The Last Samurai, ketika Kaisar Jepang dalam film tersebut mengatakan, “Kita boleh menerima modernisasi dari dunia barat, tapi kita tidak boleh lupa darimana kita berasal.” Mungkin alasan ini bisa dijadikan landasan kenapa sampai saat ini orang Jepang masih memegang teguh tradisi mereka.

Salah satu tradisi mereka yang terkenal di dunia adalah Harakiri atau yang lebih dikenal dengan bunuh diri dengan menusukkan pisau atau pedang ke perut. Harikiri biasanya dilakukan ketika seseorang gagal menepati apa yang telah ia janjikan sebelumnya dan merasa “malu” tidak bisa menepati janjinya.

Dalam era modern seperti sekarang ini, Harakiri juga mengalami modernisasi atau penyesuaian, terlebih di dunia politik. Seseorang yang tidak menepati janjinya akan merasa “malu” dan melakukan Harakiri tapi bukan dengan menusukkan pisau ke perutnya, melainkan dengan mengundurkan diri dari jabatan tertentu yang dipegangnya. Dan inilah yang terjadi di Jepang, ketika Perdana Menteri Jepang, Yuki Hatoyama mengundurkan diri dari jabatannya karena tidak bisa menepati janjinya pada saat kampanye. Padahal, Hatoyama baru delapan bulan menjabat sebagai perdana menteri.

Dengan kesadaran tinggi dan kebesaran jiwa, Yukio Hatoyama meminta maaf kepada rakyat Jepang dan mengundurkan diri karena ternyata kinerja pemerintahannya tidak merefleksikan keinginan rakyat.
"Saya akan mengundurkan diri. Kinerja pemerintah tidak merefleksikan keinginan rakyat. Saya minta maaf kepada Anda sekalian para anggota parlemen karena telah menimbulkan kesulitan besar," kata Hatoyama sesaat sebelum pengunduran dirinya
Empat tahun terakhir menjadi masa-masa paling dinamis dalam pemerintahan Jepang. Menurut catatan, dalam empat tahun terakhir sudah terjadi lima kali pergantian perdana menteri atau 14 kali dalam 20 tahun terakhir. Sebagian besar pergantian itu dilakukan melalui pengunduran diri. Pergantian kekuasaan tersebut juga diwarnai berbagai skandal.

Para perdana menteri tersebut adalah Shinzo Abe, Yasuo Fukuda, Taro Aso, dan yang terakhir Yukio Hatoyama. Di antara empat perdana itu, tidak ada satu pun yang menduduki kursi orang nomor satu di Jepang tersebut lebih dari satu tahun.

Sisi buruk dinamisnya pergantian pimpinan pemerintah Jepang adalah tidak konsistennya kebijakan eksekutif. Akibatnya, berbagai isu penting kenegaraan tidak terselesaikan.

Meski demikian, ada sisi positifnya. Seperti diungkapkan sejumlah analis, fakta tersebut menunjukkan tingkat kekritisan pemilih Jepang yang menuntut pemerintahan bersih dan akuntabel.

Pada masa lalu, perdana menteri bisa dengan mudah menyalahkan birokrasi yang punya kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan atas berbagai masalah nasional. Tapi, itu tidak terjadi lagi sekarang.

Rakyat Jepang benar-benar ingin mencari pemerintah yang bisa menyelesaikan permasalahan mereka. 'Mereka ingin pemerintah yang lebih baik dan tidak ada lagi toleransi untuk itu. Yang menarik, fenomena pergantian perdana menteri yang sering karena pengunduran diri  hanya terjadi di Jepang, di negara lain tidak ada yang sering berganti perdana menteri atau presiden 5 kali dalam kurun waktu 4 tahun. Inggris Raya saja yang sistem parlemennya hampir sama dengan Jepang hanya mengalami pergantian perdana menteri lima kali dalam 20 tahun terakhir. Amerika hanya berganti empat presiden dalam periode yang sama. Namun, Italia hampir mendekati Jepang dengan mencatat pergantian perdana menteri selama 11 kali. Tetapi penyebab  pergantian perdana menteri atau presiden negara-negara tersebut tentu bukan semata karena “malu” tidak bisa menjalankan pemerintahan yang baik seperti yang dilakukan pemerintahan Jepang, pasti ada faktor lain yang menyebabkannya.

Dengan melihat kondisi di Jepang sekarang menunjukkan bahwa Jepang dapat mengalami kemajuan karena banyak meniru dunia barat termasuk juga sistem pemerintahannya yang banyak meniru sistem pemerintahan di Eropa sehingga muncul Diet, sebuah parlemen yang meniru parlemen Inggris, tetapi pada hakikatnya Jepang tidak akan kehilangan jati diri dan identitas kolektifnya sebagai bangsa Asia. Sehingga dalam era globalisasi ini, budaya dan tradisi Jepang tidak akan luntur termakan oleh budaya global yang ada


               Harian Jawa Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar