Senin, 14 Oktober 2013

Mobil Murah vs Kemacetan di Jakarta

MOBIL MURAH VS KEMACETAN di JAKARTA


Di kesempatan saya menulis ini saya akan memberikan sedikit komentar saya kepada mobil murah yang sering terdengar di telinga masyarakat Indonesia khususnya DKI Jakarta.

Mobil murah merupakan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat, mengapa pemerintah memunculkan issue ini? Ada 2 kemungkinan:
Yang pertama adalah karena pemerintah ingin meningkatkan volume pembelian mobil di Indonesia, pemerintah ingin membela konsumen agar konsumen dapat membeli mobil dengan uang yang sedikit. Kebiasaan ini akan membuat volume penjualan membesar. Dari segi komposisi nilai devisa yang tinggi dalam pembuatan mobil ini tentu akan meningkatkan volume keuntungan pihak luar. Keuntungan bagi Indonesia hanya sedikit mungkin hanya untuk terlihat makmur karena hamper semua warga mempunyai mobil,  tetapi tidak untuk keadaan kota karena  hanya akan menambah kemacetan. Jika kebijakan mobil murah ini bekerja sama dengan sektor dalam negeri, misalnya produk mobil ESEMKA dapat diacungkan jempol, berarti pemerintah membantu mendorong usaha mempertinggi nilai tambah nasional. Bila tidak, artinya pemerintah belum punya akal yang cerdik untuk mendorong usaha peningkatan nilai tambah dalam negeri.
Yang kedua adalah mungkin juga pemerintah ingin meningkatkan laju pertumbuhan mobil daripada industri sepeda motor. Penggunaan mobil secara teknis transportasi lebih dibela dibandingkan dengan penggunaan sepeda motor. Pengadaan mobil murah akan memecah segmen pemakai sepeda motor secara berarti.
Sesungguhnya saya tidak setuju dengan adanya mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) yang direncanakan oleh pemerintah pusat. Karena kebijakan tersebut sangat bertentangan dengan instrument pengendalian kemacetan kota yang disebut dengan pola transportasi makro (PTM) yang sudah diterapkam melalui peraturan gubernur sejak Sutiyoso menjabat.
PTM adalah sebuah sistem lalu lintas yang diciptakan secara komperehensif untuk menciptakan penataan sistem transportasi yang terintegrasi di Jakarta. Tujuan akhirnya tentu membuat sebuah sistem lalu-lintas dan transportasi yang bisa memberikan kenyamanan kepada masyarakat dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi juga tidak setuju adanya mobil murah ini, menurut Jokowi pemerintah pusat seharusnya mendukung pemerintah daerah untuk mengatasi kemacetan denan mempercepat pengadaan sistem transportasi missal. Benar aoa yg dikatakan pak Jokowi, karena menurut saya juga, transportasi missal yang telah dibuat oleh pemerintah sangat mendukung kebijakan PTM yang ada, karena bisa mengurangi kemacetan dan keriwehan di jalanan ibu kota.
Kebijakan sistem PTM diantaranya membangun sarana transportasi public yang memadai, membatasi penggunaan kendaraan pribadi serta membangun infrastruktur jalan. Mobil murah tentu melanggar ketentuan nomor 2 yaitu : membatasi penggunaan kendaraan pribadi, karena mobil murah jelas membuat warga memiliki bahkan menambah kendaraan pribadi mereka. Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta Tulus Abadi mengatakan “Kalau 20 langkah untuk atasi kemacetan diwujudkan, saya yakin jakarta akan jadi kota yang manusiawi, tidak akan macet. Tapi sampai sekarang satu pun belum diwujudkan, namun tiba-tiba malah ada LCGC diluncurkan. Ini kebijakan yang sangat kontraproduktif dengan apa yang ditelurkan oleh Wapres Budiono bersama UKP4” tutur Tulus.
Yang saya setujui adalah, penambahan untuk angkutan umum di Jakarta, seperti halnya kita tau sejak tahun 2007-2012 ini telah tercatat sebanyak 11 koridor bus Transjakarta berhasil dioperasikan serta dengan peningkatan armada Transjakarta hingga 554 bus. Hal tersebut sangat efektif untuk mengurangi kemacetan di Indonesia. Selain Transjakarta, pemberian subsidi untuk CommuterLine juga sangat membantu masyarakat dalam perjalanan, walaupun kereta ekonomi telah dihapus, namun kebijakan harga tiket yg baru sangat menguntungkan bagi kalangan manapun, karena dengan harga yang murah kita bisa mendapatkan keadaan kereta yang sangat layak.
Di sisi lain, pemprov DKI Jakarta telah mempersiapkan program dan kebijakan untuk mengurangi masalah kemacetan di Ibukota yaitu dengan pembangunan jalan layang non tol (JLNT) dan Mass Rapid Transit (MRT). MRT merupakan kereta bawah tanah yang sangat cepat yang sedang dibangun di Jakarta ini, jalur MRT mempunyai panjang 15,7 kilometer yang terdiri dari 13 stasiun dengan enam stasiun bawah tanah dan tujuh stasiun layang. Pembangunan MRT di Jakarta segera dimulai. Tiang pancang pertama MRT jurusan Lebak Bulus- Bundaran HI ditancapkan di Taman Dukuh Atas di seberang Stasiun KRL Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis Pagi, 10 Oktober 2013. Kehadiran pembannggunan MRT saat ini sangat memberikan imbas kemacetan untuk warga Jakarta, tapi saya percaya ini akan berdampak baik di tahun 2016 ini untuk mimpi warga Jakarta selama 24 tahun karena diprediksikan warga yang sebelumnya menggunakan mobil pribadi dapat berpindah alih.
Dari semua penjelasan yang saya berikan tentang mobil murah dan kemacetan di IbuKota, tentu sangat kontra seperti halnya yang kita rasakan sendiri. Saya sangat berharap kepada pemerintah, untuk menahan keras penjualan mobil murah, untuk kebaikan bersama, kenyaman dan keamanan kita semua. Bukan hanya melihat gaya hidup saja.

Sumber:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar