MANAJEMEN
KONFLIK
Definisi Manajemen
Manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Definisi Konflik
Konflik adalah
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Definisi Manajamen Konflik
Manajemen
Konflik adalah cara yang digunakan individu untuk menghadapi pertentangan atau
perselisihan antara dirinya dengan orang lain yang terjadi di dalam kehidupan.
Manajemen konflik juga dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk menghadapi
perselisihan dengan cara efektif dan seimbang. Pada intinya manajemen konflik
adalah cara seseorang mengatur masalahanya agar tetap terkontrol dan tidak
membuat lubang masalah yang besar.
JENIS
– JENIS KONFLIK
1)
Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
§ Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
§ Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
§ Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan
§ Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuantujuan yang diinginkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a) Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b) Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c) Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2) Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut:
§ Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
§ Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
§ Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan
§ Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuantujuan yang diinginkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a) Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b) Konflik pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c) Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2) Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
METODA-
METODA PENGELOLAAN KONFLIK
Ada 3 bentuk manajemen
konflik:
1.
Stimulasi konflik dalam satuan-satuan
organisasi di mana pelaksanaan kegiatan lambat karena tingkat konflik terlalu
rendah
2.
Pengurangan konflik
3.
Penyelesaian konflik
·
Metode
stimulasi Konflik
Konflik dapat
menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-cara lebih baik dalam pelaksanaan
kegiatan kerja suatu kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan
menyebabkan para karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif. Manajer dari
kelompok ini perlu merangsang timbulnya konflik yang dapat mempunyai efek
penggemblengan.
Metode stimulasi
konflik berupa:
1.
Pemasukan atau penempatan orang luar ke
dalam kelompok
2.
Penyusunan kembali organisasi
3.
Penawaran bonus
4.
Pemilihan manajer-manajer yang tepat
5.
Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
·
Metode
Pengurangan Konflik
Metode
ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak
menangani masalah-masalah yang semula
menimbulkan konflik.
Dua
metode dapat digunakan untuk mengurangi konflik:
1.
Mengganti tujuan yang menimbulkan
persaingan dengan tujuan yang bisa diterima dua kelompok.
2.
Mempersatukan kedua kelompok yang
bertentangan untuk menghadapi “ancaman” atau “musuh” yang sama.
·
Metode
Penyelesaian Konflik
• Dominasi (Penekanan)
a) Kekerasan (forcing)
b) Penenangan (smoothing)
c) Penghindaran (avoidance)
d) Aturan Mayoritas (majority rule)
• Kompromi
a) Pemisahan (separation)
b) Arbitrasi (perwasitan)
c) Penyuapan (Bribing)
• Pemecahan Masalah Integratif
a) Konsensus
b) Konfrontasi
c) Penggunaan tujuan – tujuan yang lebih tinggi
KONFLIK
STRUKTURAL
Dalam organisasi klasik ada empat bidang struktural
dimana konflik sering terjadi :
1. Konflik hirarkis,
yaitu konflik antara berbagai tingkatan organisasi. Manajemen
menengah mungkin
konflik dengan personalia penyelia, dewan komisaris
mungkin
konflik dengan manajemen puncak, atau secara umum terjadi konflik
manajemen
dan para karyawan.
2. Konflik fungsional,
yaitu konflik antara berbagai departemen fungsional
organisasi. Sebagai contoh klasik, konflik antara departemen produksi
dan
pemasaran
dalam satu organisasi perusahaan.
3. Konflik lini-staf,
yaitu konflik antara lini dan staf. Hal ini sering merupakan hasil
adanya
perbedaan-perbedaan yang melekat pada personalia lini dan staf .
4. Konflik formal-informal,
yaitu konflik antara organisasi formal dan informal.
Konflik lini dan staff

·
Bentuk umum konflik organisasi yang
sering terjadi .
·
Perbedaan pandangan para anggota lini
dan staf yang dapat menimbulkan konflik diantara mereka, walaupun perbedaan
tersebut dapat juga meningkatkan efektifitas pelaksanaan tugas-tugas mereka.

1. Staf
melangkahi wewenang nya. Karena manajer garis merupakan pemegang tanggung jawab
atas hasil akhir, mereka cenderung menolak rongrongan staf atas wewenangnya.
2. Staf
tidak member nasehat yang bermanfaat. Para anggota staf sering tidak terlibat
dalam kegiatan operasional harian yang dihadapi oleh para anggota lini, sehingga
saran-sarannya sering tidak terap.
3. Staf
menumpang keberhasilan lini. Para anggota staf sering lebih dekat dengan
manajer puncak disbanding orang-orang lini, sehingga dapat mengambil keuntungan
atas posisi mereka.
4. Staf
memiliki pandangan sempit. Para anggota
staf cenderung menjadi spesialis, sehingga mempunyai pandangan terbatas dan
kurang dapat merumuskan sarannya atas dasar kebutuhan dan tujuan organisasi
keseluruhan.

1. Lini
kurang memanfaatkan staf. Manajer lini menolak bantuan staf ahli, karena mereka
ingin memanfaatkan wewenangnya atas bawahan atau mereka tidak berani secara
terbuka mengakui bahwa mereka membutuhkna bantuan. Sebagai akibatnya, staf
hanya diminta banyuannya bila situasi benar-benar sudah kritis.
2. Lini
menolak gagasan baru. Anggota staf biasanya yang pertama berkepentingan dengan
penggunaan inovasi dalam bidang keahlian mereka. Manajer garis mungkin menolak
perubahan tersebut.
3. Lini
memberi wewenang terlalu kecil terhadap staf. Anggota staf sering merasa bahwa
mereka mempunyai penyelesaian masalah-masalah yang paling baik dalam
spesialisasinya. Oleh sebab itu, merka kecewa bila saran-sarannya tidak
didukung dan diimplementasikan oleh manajer lini.

1. Tanggung
jawab lini dan staf harus ditegaskan. Secara umum para anggota lini bertanggung
jawab atas keputusan-keputusan operasional. Atau dengan kata lain, mereka harus
bisa menerima, mengubah, atau menolak saran-saran staf. Di lain pihak, para
anggota staf harus bebas untuk memberikan saran bila mereka merasa hal itu diCperlukan
tidak hanya bila anggota lini memintanya.
2. Mengintegrasikan
kegiatan-kegiatan lini dan staf. Saran-saran staf akan lebih realistic bila
berkonsultasi terlebih dahulu dengan anggota lini dalam proses penyusunan
saran-saran mereka. Konsultasi staf-lini ini juga akan membuat para anggota
lini bersedia mengimplementasikan gagaan-gagasan staf.
3. Mengajarkan
lini untuk menggunakan staf. Manajer lini akan lebih efektif memanfaatkan
keahlian staf bila mereka mengetahui kegunaan staf spesialis bagi mereka.
4. Mendapatkan
pertanggung-jawaban staf atas hasil-hasil. Para anggota lini akan lebih
bersedia melaksakan saran-saran staf bila para anggota staf ikut bertanggung
jawab atas kegagalan yang terjadi. Pertanggung jawaban ini juga akan membuat
para anggota staf lebih berhati-hati dalam menyusun saran-saran mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar